Design Sprint Vs Design Thinking, Apa Bedanya?

Design sprint dan design thinking adalah dua istilah yang sedang diperbincangkan dalam jagad dunia desain.

Dua istilah ini biasa dipakai oleh tim product designer untuk mengembangkan produk sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Sayangnya tidak banyak orang yang tahu terkait istilah ini. Kedengarannya pun juga masih asing sobat.

Belum lagi masih ada anggapan yang keliru terkait design sprint dengan design thinking.

Ada yang menganggap dua istilah ini sama persis. Ada juga yang bilang bahwa dua metode ini berbeda.

Kemudian apa yang membedakan antara design sprint dengan design thinking?

Ada baiknya kamu bisa simak melalui artikel berikut ini. Disimak yuk sobat Rakamin!

Pengertian Design Sprint

Design Sprint merupakan sebuah metodologi yang digunakan untuk memvalidasi ide berdasarkan desain, uji coba, prototipe, dan kolaborasi.

Design sprint terbilang metode yang sangat praktis karena bisa dikerjakan dalam waktu 5 hari dengan 5 langkah kerja.

Nantinya anggota tim saling berdiskusi untuk mendapatkan gagasan yang kemudian akan digunakan untuk proyek bisnis.

Metode ini diterapkan oleh Jake Knapp dari Google Venture pada 2010.

Selain hemat waktu, metode ini dirasa lebih efektif dan terstruktur yang bisa dilakukan jika menggunakan metode konvensional.

Metode design sprint mampu memangkas biaya pengeluaran sehingga risiko pembengkakan biaya bisa dipotong sedari awal.

Hal ini karena ide bisnis yang dilakukan dalam jangka waktu berbulan-bulan bisa diringkas dalam waktu 5 hari saja.

Contoh Design Sprint

Sebagai salah satu metode tercepat untuk meningkatkan inovasi, design sprint banyak diaplikasikan di berbagai bidang.

Salah satu contoh dari implementasi design sprint yang sudah dikerjakan oleh perusahaan sebagai rujukan adalah British Museum.

Dalam melakukan kegiatan ini, tim membagi tiga tahapan dalam melakukan design sprint.

Mulai dari tahap menemukan fakta dan permasalahan, ideasi hingga hasil design.

Fakta dan Permasalahan:

Lewat suatu riset, tim design sprint menemukan fakta bahwa pengunjung website British Museum tak menggunakan situsnya sebagai referensi untuk merencanakan kunjungan secara fisik ke museum.

Dengan kata lain, tidak ada aksi apapun setelah membuka website.

Masalah lain yaitu terkait komunikasi beda bahasa antara pengunjung dan staf yang bekerja.

British Museum bukan museum lokal tapi belum terlalu cakap dalam komunikasi lintas bahasa.

Ideasi:

Melalui penelusuran permasalahan ini, tim design sprint mulai mencari solusi.

Lewat design sprint yang dijalankan selama dua hari, tim melakukan wawancara terhadap 25 orang dan mulai untuk mencoba ide baru tersebut, langsung ke museum secara fisik.

Hasilnya:

Museum merupakan organisasi yang cenderung tertutup, dimana pengunjung yang masuk seolah menjadi terisolasi.

Dengan penerapan design sprint bisa memecah batasan tradisional dan mendemonstrasikan kolaborasi dari beberapa disiplin ilmu.

Apalagi dengan design sprint, British Museum berhasil meningkatkan kunjungan secara regular tiap kuartal.

Pada tiap design sprint yang dijalankan maka targetnya pun juga berbeda.

Untuk sementara ini, British Museum berfokus dalam meningkatkan jumlah pengujung.

Tahapan Design Sprint

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa design sprint memiliki lima tahapan.

Dalam pelaksanaan design sprint, sprint master bertanggung jawab untuk menentukan keputusan pada gagasan atau ide yang sudah diberikan.

Kemudian kamu bisa lakukan 5 tahapan yang ada dalam design sprint. Berikut penjelasan tentang masing-masing tahapannya

1. Understanding (Memahami)

Tahap yang pertama yaitu tahapan understanding atau memahami semua masalah yang ada pada proyek tersebut.

Komponen yang perlu diperhatikan seperti tujuan bisnis, kebutuhan pengguna, siapa saja stakeholder yang terlibat, hingga kapasitas yang bisa dijangkau.

Setiap anggota tim yang melaksanakan design sprint harus mengerti tentang apa yang sedang dikerjakan.

Diharapkan hasilnya juga memberikan sesuatu yang berguna baik user maupun klien.

Ada beberapa teknik yang bisa dilakukan dalam tahap understanding:

  • Melakukan wawancara pada customer untuk menggali permasalahan
  • Membuat Focus Group Discussion bersama dengan customer untuk memahami masalah dan kebutuhan mereka
  • Melakukan survey untuk memahami konteks teknologi, masalah, dan kebutuhan dari customer
  • Melakukan analisis masalah dengan menggunakan tools

2. Diverge (Mengembangkan)

Tahap kedua yaitu diverge dimana anggota tim akan melakukan brainstorming terhadap ide-ide yang ada di kepala.

Semua anggota tim diberikan kesempatan untuk memberikan gagasan atau ide sebanyak-banyaknya dengan batasan waktu tertentu.

Mengutip Ngalup, durasi ideal dalam mengumpulkan ide adalah 1-3 menit.

Setiap individu akan memberikan solusi mengenai masalah yang sudah ditemukan.

Rancangan-rancangan ini dituliskan pada sebuah kertas atau sticky note yang ditempelkan pada papan.Rancangan tersebut masih kasaran dan belum diputuskan.

3. Decide (Memutuskan)

Setelah ide dikumpulkan di tahap sebelumnya, sprint master bersama anggota tim mulai memutuskan kira-kira mana ide terbaik.

Dalam tahap ini, kamu bisa menggunakan voting atau pengambilan suara terbanyak dari kandidat ide yang ada.

Ide yang terpilih nantinya akan diproyeksikan pada proyek bisnis yang sedang dijalankan.

4. Create Prototype (Membuat Prototipe)

Lanjut pada tahap keempat, kamu diminta untuk mengembangkan prototipe yang bisa diujikan dengan pengguna.

Ada beberapa alat yang bisa digunakan untuk membuat prototipe tersebut seperti Figma, Sketch, Keynote, Balsamiq atau beberapa alat lainnya.

Dalam hal ini, desainer yang akan berkontribusi lebih dalam membuat prototype.

5. Validate (Validasi)

Pada tahap terakhir, prototype yang sudah dibuat akan diuji dan dinilai oleh user.

Pengujian ini termasuk dalam tahapan yang penting jadi juga harus dilakukan oleh user yang tepat.

User tersebut harus memiliki wawasan dan juga keahlian terkait dengan produk yang hendak diluncurkan.

Jika belum mampu menjangkau pengguna yang sesuai dengan target, kamu bisa menguji pada rekan di luar tim yang punya pengalaman atau behavior yang mirip dengan target customer.

Design Thinking vs Design Sprint

Dalam dunia desain, ada istilah design thinking dan design sprint.

Agar tidak terjadi kesalahpahaman antara dua istilah berikut, mari kita bahas dulu masing-masing perbedaannya dibawah ini.

  • Design thinking dikembangkan oleh David Kelley dan Tim Brown sebagai pendiri IDEO lebih dulu dibandingkan design sprint. Sedangkan design sprint dihadirkan Jake Knapp muncul setelahnya.
  • Design sprint adalah versi praktis dari design thinking yang membuat prosesnya berlangsung lebih cepat.
  • Design thinking memiliki banyak teknik dan metode-metode didalamnya. Sedangkan design sprint seluruh rangkaian ini dilakukan dalam waktu 5 hari saja
  • Design thinking merupakan pondasi inovasi sementara design sprint adalah cara terinovatif untuk mengeksekusi semua hal dalam pondasi secara sistematis
  • Design thinking lebih fokus pada memahami kebutuhan end-user dan menciptakan solusi atas kebutuhannya. Sedangkan design sprint ini menggabungkan antara produk, bisnis dan menghubungkannya kepada pelanggan.

Itulah tadi perbedaan antara design sprint dan design thinking. Biar lebih jelas lagi, Rakamin Academy juga punya kelas desain lho.

Disini kamu tidak hanya belajar hardskill di dunia desain dan UI UX aja loh. Ada juga Job Guarantee Program yang bisa bantu kamu dapetin karir incaranmu.

Ada banyak fasilitasnya nih mulai dari Program Magang Virtual, mendapatkan 9 portofolio, akses job connector seumur hidup dan lain-lain.

Informasi lebih lanjut langsung aja hubungi tim admission kami terkait perihal promo, detail kelas dan lain-lain disini. Aku tunggu di kelas ya sobat Rakamin!