Blog Rakamin Academy

Terapkan 7 Prinsip Dasar Penulisan Copy dalam UX Writing

UI/UX Design 22 Feb 2023

Apakah sobat Rakamin tahu profesi UX Writer? Pastinya bagi orang awam tentunya belum familiar dengan profesi yang satu ini. Salah satu tugas dari seorang UX Writer adalah membuat copy yang dipakai untuk sistem, website maupun aplikasi.

Copy merupakan kata-kata yang bisa mendorong user melakukan tindakan saat melakukan interaksi dengan sistem.

Misalnya pada aplikasi, dashboard, maupun halaman website. Pengaplikasian copy dalam UX writing biasanya dengan mudah kita temukan dalam navigasi menu, action button, notifikasi atau pemberitahuan, pesan kesalahan (error message), syarat & ketentuan, panduan penggunaan, dan lain-lain.

Copy yang baik dapat membantu pengguna melakukan tindakan sesuai intensi tanpa adanya paksaan dari siapapun.

Sebaliknya, buruknya penulisan copy dapat berimbas pada banyak hal.Namun, penulisan copy untuk keperluan UX Writing juga tidak boleh asal-asalan.

Disini, UX Writer perlu melakukan validasi dan riset dahulu agar penggalian informasi dari pengguna ini bisa tepat sasaran sesuai dengan yang direncanakan.

Dalam menjalankan tugasnya, UX Writer tidak hanya bekerja sendiri tapi disarankan juga untuk berkolaborasi dengan posisi lain seperti UX Researcher, UX Designer, Business Intelligence dan lain-lain.

Dalam melakukan UX Writing kamu tidak boleh asal menulis saja teman-teman.

Setidaknya ada sederetan prinsip dasar yang bisa kamu terapkan dalam menulis copy untuk UX.

Tentu prinsip ini bisa sangat bervariasi menyesuaikan konteks dan kebutuhan pengguna. Penasaran aturan-aturannya apa saja? Simak postingan ini yuk.

1.  Lakukan Riset dan Validasi Pada Copy

Sebelum kamu membuat copy, lakukan riset terlebih dahulu terhadap copy yang ingin dibuat.

Audiens sebagai titik utama perhatian dalam membuat copy tentunya mengalami perubahan kebutuhan, gaya hidup yang bisa saja berubah drastis dalam hitungan hari.

Makanya kenapa, riset dan validasi dalam UX Writing sangat dibutuhkan untuk membuat sebuah Copy yang menarik.

Harapannya copy yang dibuat bisa menjembatani user dengan developer atas permasalahan yang dihadapi, syukur-syukur dapat menghasilkan solusi.

Kamu bisa menggunakan beragam pendekatan untuk validasi UX Copy, misalnya User & Usability Testing, Heatmap, rekaman pengunjung, data analitik, dan lain-lain.

Proses validasi dan riset memang memerlukan waktu tidak sedikit. Akan tetapi, apabila kamu mengharapkan copy yang lebih baik kenapa tidak?

2.  Singkat, Padat, Jelas

Banyak orang yang bertanya kira-kira apa yang membedakan antara UX Writing dengan Copywriting adalah pada copy yang dibuat. Jika Copywriting mengandalkan jargon, tagline, dan slogan dalam membuat copy maka UX Writing menitikberatkan pada aspek kejelasan pada penulisan copy baik di aplikasi, form, navigasi dan lain-lain.

Apabila teks dalam navigasi ini tidak jelas dari sisi pengguna maka fungsi dalam sistem yang sudah dibangun tidak dapat digunakan. Copy yang baik ini harus sesuai dengan keinginan yang diharapkan pengguna. Kalau maunya A ya hasil copynya A, B misalnya B. UX Writer dapat mengemas copy dengan baik. Sebagai panduan, kamu bisa menanyakan beberapa pertanyaan berikut ketika memvalidasi copy yang sudah kita buat:

Apakah copy yang sudah kita buat cukup jelas bagi pengguna dari semua kalangan umur?

Apakah copy ini cukup jelas apabila dibaca sekilas?

Apakah penggunaan bahasa dalam copy ini sudah sesuai bagi user yang sibuk dan memiliki mobilitas tinggi?

Apakah copy yang saya buat ini cukup jelas bagi pengguna yang baru pertama kali menggunakan aplikasi saya?

3.  Terapkan Tone and Voice dalam Copy

Ketika kamu membaca sebuah kalimat, mungkin kamu juga akan membacanya dengan nada seolah-olah mendengar seseorang mengatakannya. Kamu bisa mendengar nadanya yang riang, antusias, galak, atau tegas, tergantung pada gaya bahasa yang digunakan pada tulisan tersebut. Pada brand, nada yang seolah terdengar itu dinamakan tone of voice.

Tone of voice adalah cara yang digunakan brand untuk mengatakan dan menyampaikan pesan kepada user. Tone of voice dapat membuat user merasakan apa yang disampaikan pada pesan yang diterimanya. Selain itu, tone of voice dapat menjadi ciri khas dari brand itu sendiri, sehingga user dapat mengenali brand dari cara penulisan dan penyampaian pesannya.

4.  Dahulukan Hasil Tindakan

Ketika kita ingin membuat sebuah copy pada aplikasi maka didalamnya terdapat tujuan dan tindakan yang akan dilakukan user. Ada baiknya seorang UX Writer mulai menyebutkan obyektif di awal kalimat terlebih dahulu sebelum menjelaskan tindakan apa yang diperlukan untuk mencapainya.

Misalnya ada dua contoh copy berikut:

Opsi A = Klik di sini untuk melanjutkan

Opsi B = Untuk melanjutkan, klik di sini.

Dari kedua copy berikut, manakah yang lebih baik? Jawabannya ada pada opsi B teman-teman. Kalau diperhatikan dengan jeli, opsi B ini menjelaskan hasil dari sebuah tindakan sebelum memberi tahu cara mencapainya. Hal ini penting agar pengguna benar-benar mengetahui konsekuensi tindakan tertentu sebelum mulai menimbang dan mengambil keputusan. Misalnya ketika kita ingin melanjutkan proses pendaftaran maka user akan diarahkan menuju sebuah tombol. Makanya kenapa opsi B langusng menjurus ke hasil tindakannya yaitu “klik di sini”.

5.  Mulai Integrasikan dengan Desain

Desain dan UX copy harus berjalan beriringan. Hal ini disebabkan UX copy merupakan elemen yang saling berkaitan dengan desain. Apalagi proses pembuatannya sebaiknya juga tidak dilakukan secara terpisah alias saling terintegrasi.

Copy yang sudah kita buat akan dikombinasikan dengan desain. Begitupula dengan desain haruslah selaras dengan copy. Pastikan untuk keduanya tepat sesuai dengan konteksnya. Berikut adalah tips mengombinasikan antara desainer dengan UX Writer dalam membuat sebuah copy pada sistem ataupun aplikasi:

Kolaborasi pembuatan desain dan copy dilakukan sejak fase awal sistem tersebut mulai dikembangkan. Banyak-banyaklah melakukan brainstorming alias diskusi untuk tukar pikiran bersama UX Designer agar benar-benar terintegrasi dan bisa menjawab kebutuhan user.

Setelah wireframe selesai, hindari penggunaan teks “lorem ipsum”. Teks isian ini memang dapat membantu melihat berapa banyak karakter yang dapat dimuat dalam berbagai media. Entah itu, dalam bentuk website, aplikasi maupun mobile. Penggunaan teks lorem ipsum dapat menggambarkan tujuan suatu desain.

Kemudian, fokus pada kebutuhan pengguna terlebih dahulu. Setelahnya kamu dapat memikirkan desain dengan Copy yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan mereka.

6.  Buat Karakter yang Konsisten

Desain visual dan copy yang baik harus dapat merepresentasikan produk atau jasa yang ditawarkan. Jika desain berkutat pada warna dan bentuk, copy menyajikan tutur penyampaian serta gaya bahasa sesuai dengan karakter brand kamu.

Perhatikan penggunaan tiap huruf, kata, frasa, dan kalimat sebaiknya terus konsisten di semua bagian. Konsistensi sangat diperlukan agar pengguna bisa dengan mudah mengenali produk atau layanan yang anda tawarkan.

Anggapannya begini, ketika kamu mengenal seseorang secara kepribadian. Mulai dari sifat, gaya bicara, dan perilaku justru memudahkan kamu mudah mengenali dan dapat berinteraksi dengan mereka, iya kan? Untuk dapat mewujudkan konsistensi, usahakan untuk mencatat dan mendokumentasikan semuanya. Kalau bisa buat guideline atau panduan untuk membuat sebuah copy yang menarik.

7.  “Manusiakan” Pengguna Sistem Anda

Jangan lupa ketika kamu membuat sebuah copy pastikan untuk memposisikan tulisan itu biar enak dibaca oleh user. Copy yang dibuat oleh UX Writer tujuannya meluruskan interaksi antara manusia dengan sistem.

Sebagai UX Writer, diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan dan keinginan pengguna. User juga manusia lho, sama seperti kamu. Dia juga punya perasaan dan daya berpikir logis. Hindari sudut pandang dan anggapan bahwa mereka tidak tahu apa-apa sehingga perlu diberi tahu terlebih dahulu.

Gunakan cara penyampaian sesuai dengan karakteristik pengguna. Jadi hal yang juga penting dalam membuat copy adalah memahami karakteristik penggunanya dahulu barulah menentukan cara penyampaian sesuai dengan target pasarnya. Pintar-pintarnya untuk menyesuaikan diri terhadap copy yang ingin kita buat.

Itulah prinsip dasar yang bisa kamu terapkan dalam membuat sebuah copy pada UX Writing. Pastinya copy yang kamu buat perlu kamu sesuaikan dengan permasalahan user. Jangan lupa kamu bisa praktekkan ketika mulai membuat sebuah copy pada UX Writing. Yuk mulai bangun skill UX Writing kamu sekarang bersama Rakamin Academy!

Rakamin Academy bekerjasama dengan expert lulusan Master of Education dari Top Global Universities untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kurikulumnya juga sudah didesain sehingga peserta mudah mempelajari dan mengikuti bahkan untuk orang awam sekalipun. Setiap peserta juga akan dibimbing dari nol. Segera daftar langsung dan kunjungi official website Rakamin Academy untuk informasi lebih lanjut.

Tag

Reyvan Maulid

Writing about Data Science and Digital Marketing Topics. Penyuka Seblak dan Maklor!

Mantap! Kamu telah berhasil berlangganan.
Mantap! Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh.
Selamat datang kembali! Kamu telah berhasil masuk.
Sukses! Akun kamu telah aktif, sekarang kamu bisa mengakses semua konten.